Jumat, 15 Mei 2009

SINDRON PERILAKU BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FISIOLOGIS DAN FAKTOR FISIK

SINDROM PERILAKU BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FISIOLOGIS DAN FAKTOR FISIK

I. KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT karena atas rahmatnya kami mampu menyelesaikan tugas yang berjudul ” SINDROM PRILAKU BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FISIOLOGIS DAN FAKTOR FISIK” ini dengan tepat waktu.kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini,terutama kepada selaku pembimbing mata kuliah keperawatan jiwa.

Tujuan disusunyan makalah ini adalah memudahkan para pembaca untuk memahami beberapa konsep dalam sindrom prilaku berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik . Selain itu, gambaran dan uraian singkat dalam makalah ini dapat membantu pembaca untuk mengidentifikasi tanda-tanda gangguan prilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologi dan faktor fisik.

Demikian akalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya dan kami mengharapkan saran & kritik dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini, sekian terima kasih.



Krikilan , 02 maret 2009



penulis


II. DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 3
BAB II Pembahasan 4
2.1 Gangguan makan 4
2.1.1 Anoreksia nervosa 4
2.1.2 Bulimia nervosa 5
2.1.3 Anoreksi tidak khas 7
2.1.4 Bulimia nervosa tidak khas 7
2.1.5 Makan berlebihan yang berhubungan
dengan gangguan psikologis lainnya 7
2.1.6 Muntah yang berhubungan dengan gangguan psikologisnya 7
2.1.7 Gangguan makan lainnya 7
2.2 Gangguan tidur non – organik 8
2.2.1 Insomnia 8
2.2.2 Hipersomnia 17
2.2.3 Gangguan jadwal tidur terjaga. 18
2.2.4 Somnambulisme 18
2.2.5 Teror tidur / night terror 20
2.2.6 Mimpi buruk 21
2.2.7 Gangguan tidur non – organik lainnya 21
2.2.8 Gangguan tidur non organik 21
2.3 Disfungsi seksual buka disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik (F52) 22
2.3.1 Ejakulasi Dini 22
2.3.2 Dispareunia 24
2.3.3 Vaginismus 25
2.3.4 Kurang atau Hilangnya Nafsu Seksual 26
2.3.5 Kegagalan Respon Geniral 26
2.3.6 Disfungsi Orgasme 27
2.3.7 Dorongan Seksual Yang Berlebihan 27
2.3.8 Disfungsi seksual lainnya bukan disebabkan
oleh gangguan atau penyakit organik 27
2.3.9 Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan
oleh gangguan atau penyakit organik 27
2.4 Gangguan Mental dan Perilaku Yang Berhubungan
Dengan Masa Nifas YTK 27
2.4.1 Gangguan mental dan perilaku ringan
yang berhubungan dengan masa nifas YTK 27
2.4.2 Gangguan mental dan perilaku berat berhubungan
dengan masa nifas YTK 27
2.4.3 Gangguan mental dan perilaku lainnya yang
berhubungan dengan masa nifas YTK 27
2.4.4 Gangguan Jiwa Masa Nifas YTT 27
2.5 Faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan
dengan gangguan atau penyakit YDK 28
2.6 Penyalahgunaan Zat Yang Tidak Menyebabkan
Ketergantungan (F55) 28
2.7 Sindrom perilaku YTT yang berhubungan dengan gangguan gangguan fisiologis dan faktor fisik 29
BAB III Penutup 30
1.1 Kesimpulan 30
1.2 Saran 30
Daftar Pustaka 31


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik meliputi gangguan makan, gangguan tidur non organik, disfugsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik, gangguan mental dan perilaku yang berhubungan dengan masaa nifas YTK, faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit YDK, penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan, serta sindrom perilaku YTT yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik.
Gangguan makan atau pika adalah pola makan zat yang tidak bergizi ( non nutritive) selama sekurangnya 1 bulan. Menurut diagnostic and statistical manual of mental disorders edisi ke-4 (DSM-IV ) ingesti zat tidak bergizi harus tidak seuai untuk tingkat perkembangan anak.disamping itu, perilaku makan bukan merupakan bagian dari praktek yang diperbolehkan secara kultural.pika diperkirakan terjadi pada10% - 32% anak – anak usia 1 – 6 tahun pada anak yang lebih dari 10 tahun laporan pika menyatakan aangka kira-kira 10%. Pad anak yang labih tua dan remaja dengan kecerdasan normal,frekuensi pika menurun.diantara anak –anak dan remaja retradasi mental yang dalam institusi,pika dilaporkan terjadi pada seperempat anak usia remaja dan sekolah.pika tampaknya mengenai dua jenis kelamin dengan sama banyaknya.(kaplan,harold.1997.hal.748).
Gangguan tidur merupakan fenomena biologis yang terkait dengan irama alam semesta,irama sirkandian yang bersiklus 24 jam. Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa kehidupanya. Diperkirakan tiap tahun 20% dan 40% orang dewasa mengalami kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah serius.Prefalensi gangguan tidur tiap tahun cenderung meningkat hal ini sesuai dengan peningkatan dan berbagai penyebabnya.Kaplan dan shadock, melaporkan kurang lebih 40 – 50% dari poppulasi usia lanjut menderita gangguan tidur kronik 10 – 15% disebabkan gangguan psikiatri ketergantungan obat dan alkohol.(http://www.google.co.id.gangguan tidur.pdf & qwt noimg =1&hl =in&source =m)
Oleh karena itu dari berbagai permasalahan diatas diperlukan pembahasan lebih lanjut mengenai jenis sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik serta penatalaksanaanya yang akan diuraikan pada BabII.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Gangguan Makan
1.2.2 Gangguan Tidur
1.2.3 Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik.
1.2.4 Gangguan mental dan perilaku yamg berhubungan dengan masa nifas YTK
1.2.5 Faktor psikologis dan prilaku yang berhubung dengan ganggun penyakit YDK
1.2.6 Penyalah gunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan
1.2.7 Sindrom prilaku YTT yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik
1.3 Tujuan
1.3.1 baca memahami tentang konsep gangguan makan yang meliputi klasifikasi, definisi,etiologi,gejala,dan pengobatan.
1.3.2 Pembaca memahami tentang konsep gangguan tidur yang meliputi klasifikasi, definisi,etiologi,gejala,dan pengobatan.
1.3.3 Pembaca memahami tentang konsep disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik yang meliput klasifikasi, definisi,etiologi,gejala,dan pengobatan.
1.3.4 Pembaca memahami tentang konsep faktor psikologis dan prilaku yang berhubungan gangguan atau penyaki YDK yang meliputi klasifikasi, definisi,etiologi,gejala,dan pengobatan.
1.3.5 Pembaca memahami konsep gangguan mental dan prilaku ringan yang berhubungan dengan masa nifas YTK yang meliputi klasifikasi, definisi,etiologi,gejala,dan pengobatan.
1.3.6 Pembaca memahami konsep penyalah gunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan yang meliputi klasifikasi & mekanisme kerja obat.
1.3.7 Sindrom prilaku YTT yang berhubungan dengan gangguan fisiologi dan faktor fisik
1.4 Manfaat
1.4.1 mengetahui dan memahami ciri atau tanda dan gajala dari sindrom prilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik.
1.4.2 Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari sindrom prilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik.
















BAB II
PEMBAHASAN


2.1 gangguan makan
2.1.1 anoreksia nervosa
2.1.1.1. definisi
Anoreksia Nervosa adalah suatu kelainan yang ditandai dengan perubahan gambaran tubuh ketakutan yang luar biasa akan kegemukan, penolakan untuk mempertahankan berat badan yang normal, hilangnya siklus menstruasi (pada wanita).( - .2005.more about anoreksia diunduh dari http://donotrustanyon.blog.frienster/2005/09).
2.1.1.2. etiologi
Penyebab anoreksia tidak diketahui, tetapi faktor sosial tampaknya memegang peranan penting penderita ingin menjadi kurus karena kegemukan dianggap tidak menarik, tidak sehat dan tidak diinginkan. ( - .2005.more about anoreksia diunduh dari http://donotrustanyon.blog.frienster/2005/09).
2.1.1.3. gejala

• Keasyikan dan kecemasan mengenai berat badan semakin
• meningkatmeningkatnya perhatian terhadap makanan dan berat badan, bahkan pada penderita yang sebelumnya sudah kurus.
• denyut jantung lambat
• tekanan darah rendah
• suhu tubuh rendah
• pembengkakan jaringan karena penimbunan cairan (edema)
• rambut yang tipis dan lembut atau rambut tubuh dan wajah yang berlebihan.
• Penderita yang menjadi sangat kurus cenderung tetap aktif
• Siklus menstruasi berhenti
• Menyangkal bahwa dirinya sakit
• Sering pusing, lelah dan lemah. ( - .2005.more about anoreksia diunduh darihttp://donotrustanyon.blog.frienster/2005/09).

2.1.1.4. Pengobatan
• Biasanya pengobatan terdiri dari 2 tahap:
• Mengembalikan berat badan normal
• Terapi psikis, yang seringkali dibarengi dengan pemberian obat-obatan.
• Jika berat badan turun sangat cepat atau sangat berat (sampai lebih dari 25% dibawah berat badan normal), maka sangat penting untuk mengembalikan berat badan karena penurunan yang demikian bisa berakibat fatal.Pengobatan awal biasanya dilakukan di rumah sakit, dimana penderita didorong untuk makan.Kadang diberikan makanan melalui infus atau selang nasogastrik.Jika status gizinya sudah baik, maka dimulai terapi jangka panjang oleh seorang ahli dalam kelainan pola makan.Terapi bisa berupa psikoterapi individual, kelompok dan keluarga; atau berupa obat-obatan.Jika ditemukan depresi, maka diberikan obat anti-depresi.( - .2005.more about anoreksia diunduh darihttp://donotrustanyon.blog.frienster/2005/09).
2.1.2 Bulumia nervosa
2.1.2.1. Definisi
Bulimia nervosa adalah makan dalam jumlah sangat berlebihan Kemudian berusaha keras mengeluarkan kembali apa yang telah dimakannya, dengan cara memuntahkannya kembali atau dengan menggunakan obat pencahar. Siswono
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1004336599,59194,
2.1.2.2. Etiologi
Bulimia biasanya dilatar belakangi oleh keinginan sendiri atau tuntutan orang terdekatnya/ lingkunganya untuk memiliki bentuk tubuh yang sempurna.(nirmala. 2007.. jangan remehkan gangguan makan pada remaja.diunduh dari http://www.national eating disorser.org)
2.1.1.3 Gejala.
• Berulang-ulang mengalami siklus makan tanpa henti kemudian memuntahkannya kembali.
• Ketika sedang timbul keinginan untuk makan, ia tidak bisa berhenti makan meskipun sudah terlampau kenyang.
• Terus menerus mencoba berdiet.
• Perhatian yang berlebihan pada berat dan bentuk tubuh
• Denyut jantung tidak teratur dehidrasi
• Berpotensi mengalami luka lambung (gastric rupture) akibat makan berlebihan
• Peradangan dan luka esophagus karena terus-menerus memuntahkan makanan
• Rusaknya gigi karena terkena asam lambung yang dilepaskan ketika muntah.
• Sembelit kronis jika menggunakan obat pencahar secara berlebihan tanpa resep dokter.
.(nirmala. 2007.. jangan remehkan gangguan makan pada remaja.diunduh dari http://www.national eating disorser.org)

2.1.1.4 Pengobatan.
Penanganan pada kasus bulimia hampir sama dengan penanganan pada anoreksia nervosa yaitu penanganan dini,karena penanganan yang terlambat mempersulit pengobatan. Tekankan bahwa kita memang peduli dan tunjukkan sikap yang tidak menghakimi karena biasanya keluarga pasien akan diminta bantuan dalam perawatan seperti tetapi dapat berlangsung setahum atau lebih. Sebagai langkah awal biasanya pada orang tua, dokter keluarga,atau guru BP. Makin cepat dapat bantuan, makin besar kesempatan sembuh total. Siswonohttp://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1004336599,59194,



2.1.2 Anoreksi tidak khas.
Adalah gangguan makan dimana penderita yang tidak menunjukkan satu atau lebih gambaran utama (key features) dari anoreksi nervosa seperti amenose atau kehilangan berat badan, tetapi masih ada gambaran klinis yang agak khas.(rudi wsaslim.2001:hal. 91)

2.1.3 Bulimia nervosa tidak khas.
Gangguan makan dimana penderita yang tidak menunjukkan satu atau lebih gambaran utama (key features) dari bilirubin nervosa. Umumnya hal ini ditujukan pada orang yang mempunyai berat badan normal atau berlebihan tetapi mengalami periode khas kebanyakan makan yang diikuti dengan muntah atau memakai pencahar.(rudi wsaslim.2001:hal. 91)
2.1.4 Makan berlebihan yang berhubungan dengan gangguan psikologis lainnya.
Makan berlebihan sebagai reaksi terhadap hal – hal yang membuat stress (emotinally distressing events), sehingga menimbulkan “obesitas reaktif” terutama pada indifidu dengan predisposisi untuk bertambah berat badan.obesitas sebagai penyebab timbulnya berbagai gangguan psikologis tidak termasuk disini (obesitas dapat menyebabkan seseorang menjadi sensitif terhadap penampilanyaa dan meningkatkan kurang percaya diri dalam hubungan interpersonal) .(rudi wsaslim.2001:hal. 91)
2.1.5 Muntah yang berhubungan dengan gangguan psikologisnya
Selain merangsang muntah oleh diri sendiri pada bulimia nervosa, muntah berulang dapat juga terjadi pada gangguan disosiatif, gangguan hipokondrik, dimana muntah merupakan salah satu dari beberapa gejala – gejala fisik. .(rudi wsaslim.2001:hal. 91)
2.1.6 Gangguan makan lainnya
Termasuk pica non-organik masa dewasa, kehilangan nafsu makan psikogenik. .(rudi wsaslim.2001:hal. 91)
Gangguan makan YTT. .(rudi wsaslim.2001:hal. 91)

2.2 Gangguan tidur non – organik
2..2.1. insomnia
2.2.1.1 Definisi
Insomnia adalah keadaan tidak dapat tidur / terganggunnya pola tidur.( - .2008.insomnia. diunduh dari http://jiwajiwi.blogspot.com/2008/04/bab-i-pendahuluan-1.html)
2.2.1.2. etiologi
• penyebab insomnia adalah akibat dari gangguan jiwa turutama depresi, kelelahan dan cejala kecemasan memuncakkondisik fisik / penyakit fisik karena faktor extrinsik seperti suara / bunyi, suhu udara.dll. http://jiwajiwi.blogspot.com/2008/04/bab-i-pendahuluan-1.html

2.2.1.3. gejala
• kesulitan untuk jatuh tertidur pada waktu yang normal (initial insomnia)
• kesulitan untuk mempertahankan tidur.
• Sering terbangun dari tidur lalu sulit tertidur
• terbangun tengah malam sampai beberapa kali aktifitas tidur terganggu karena mimpi yang tidak biasa, sulit mengingat. Gampang tersinggung, murung, mata merah, badan lesu, pernafasan & denyut jantung tidak normal. http://jiwajiwi.blogspot.com/2008/04/bab-i-pendahuluan-1.html

2.2.1.4. Terapi pada insomnia
TERAPI PADA INSOMNIA
• Tujuan Terapi.
Tujuan tetrapi pada pasien insomnia adalah agar pasien dapat tidur normal, dapat beristirahat tanpa harus terbangun berulang kali, dan supaya pada saat siang hari tidak mengalami rasa kantuk dan kelelahan akibat kesulitan tidur pada malam harinya
• Sasaran Terapi.
Sasaran terapi meliputi gejala insomnia dan pola hidup yang salah.
• Strategi terapi.
Strategi terapi pada pasien insomnia yaitu mengatasi/menghindari factor penyebab insomnia serta meningkatkan kualitas pola hidup.
1. Terapi Nonfarmakologi
a) Perilaku
• Kebersihan tidur: menekankan kebiasaan, dan unsur lingkungan dan fisiologis yang menyababkan tidur mendengkur.
• Pengendalian rangsangan: membatasi perilaku yang bertentangan dengan tidur yang mungkin menjadi berhubungan dengan tempat tidur.
• Batasan tidur: membatasi waktu di tempat tidur dan menyebabkan kekurangan tidur ringan yang mengarah kepada peningkatan efisiensi tidur.
• tidurlah hanya sebanyak yang diperlukan untuk istirahat, atau untuk menyegarkan badankembali pada saat bangun tidur.
• Kurangi suara yang tidak menyenangkan, kurangi cahaya yang tidak diperlukan.
• Jangan tidur pada saat kondisi sedang lapar, hal ini dapat membuat terbangun nantinya hanya karena ingin mencari makanan.
• Hindari minuman yang mengandung kafein, seperti pada kopi, cola, teh dan coklat.
• Percayakanlah waktu bangun pada alarm jam.Dengan sering melihat jam dikamar akan mempengaruhi reaksi emosi.
• Olah raga ringan 6 jam sebelum tidur. Olah raga aerobik selama 20 menit dapat meningkatkan suhu dan metabolisme badan dan akan menurun kembali sekitar 6 jam kemudian. Penurunan metabolisme dan suhu badan dapat memungkinkan tidur nyenyak
• Hilangkan segala kecemasan, pikiran tentang rencana besok, pikiran tentang tugas yang belum selesai.
• minum segelas susu hangat dengan cereal sebelum tidur, ternyata dapat mempermudah dan memperdalam tidur yang normal
• Buat udara kamar tidur segar dengan ventilasi yang baik.
• Miliki jadwal tidur yang reguler dan rasional• melakukan kegiatan kegiatan yang

• melakukan gerak badan secara teratur
• Jangan bekerja saat hendak tidur
• mandi air panas
b) Psikologis
• Tujuan yang berlawanan: memerintahkan pasien untuk berkonsentrasi agar tetap sadar (tidak tidur) sehingga mengurangi upaya sia-sia untuk tertidur.
• Terapi kognitif: memeriksa anggapan dan keyakinan yang salah mengenai insomnia dan memberikan pilihan yang lebih masuk akal.
• Psikoterapi Keberhasilan mengatasi insomnia, sangat tergantung dari kemampuan pasien untuk santai dan belajar bagaimana cara – cara tidur yang benar. Terapi perilaku bisa menyembuhkan insomnia kronik dan terapi ini efektif untuk segala usia, terutama pada pasien usia tua
Terapi Gizi untuk insomnia
Diperlukan asupan gizi (magnesium dan kalsium) yang cukup jumlahnya untuk menangkal insomnia. Defisiensi magnesium dan kalsium menyebabkan tidur tidak nyenyak. Sebenarnya fungsi magnesium adalah merelaksasi otot. apabila otot kaku, timbul rasa ngilu-ngilu yang membuat badan terasa sakit. Kalsium yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tulang juga dapat dimanfaatkan untuk menenangkan pikiran. Kalsium berdampak calming effect. Jadi, kondisi kecemasan atau stres dapat dikurangi dengan magnesium dan kalsium.
Hormon melatonin bermanfaat membuat tidur lebih nyenyak. Saat ini sudah ada produk suplemen yang mengombinasikan magnesium, kasium, dan melatonin. Vitamin B kompleks dapat membantu penderita insomnia karena mendorong tercapainya kondisi istirahat.Diet sehari-hari juga perlu diperhatikan. Konsumsi karbohidrat kompleks seperti roti, crackers, atau bagel dapat membantu tidur anda. Lawan dari karbohidrat kompleks adalah karbohidrat sederhana seperti gula. Karbohidrat kompleks bermanfaat karena ternyata zat gizi tersebut dapat memacu pengeluaran serotin, yaitu suatu neurotransmitter otak yang merangsang rasa kantuk. Segelas susu hangat dan madu juga dapat menjadi obat mujarab agar lebih lelap tidur. susu banyak mengandung asam amino triptofan yang dapat membantu pengeluaran serotin sehingga memudahkan tidur. Triptofan juga memacu pengeluaran hormon melatonin.Suplemen triptofan telah dilarang di AS karena pernah menyebabkan penyakit gangguan darah serius akibat produknya terkontaminasi. Namun, tidak ada risiko bagi orang-orang yang mau mengonsumsi bahan makanan kaya triptofan seperti susu atau daging kalkun sebagai upaya mengurangi insomnia. Makan malam hendaknya juga menyertakan kacang-kacangan dan ikan atau daging ayam. Jenis-jenis itu kaya akan niasin (vitamin B3) yang membantu pengeluaran serotonin.
Makanan yang sebaiknya dihindari adalah makanan dengan bumbu menyengat, kafein, alkohol, karbohidrat sederhana (gula, sirup), makanan berpengawet, dan makanan kaleng. Gula dan sirup bersifat meningkatkan gula darah dan penghasil energi yang cepat sehingga akan mengganggu tidur. Makanan berprotein tinggi seperti daging sapi dapat mencegah produksi serotonin sehingga terjaga terus-menerus. Monosodium glutamate (MSG) sebaiknya dihindari karena memunculkan reaksi stimulan. Menghindari keju, cokelat, sayur bayam, dan tomat menjelang tidur juga dianjurkan. Semua itu mengandung tyramin yang merangsang keluarnya norepinephrine sehingga otak terjaga Terapi Relaksasi untuk Mengurangi Gangguan Insomnia Salah satu cara untuk mengatasi insomnia adalah dengan metode relaksasi (Woolfolk et al. 1983). Relaksasi adalah salah satu teknik di dalam terapi perilaku yang pertama kali dikenalkan oleh Jacobson, seorang psikolog dari Chicago yang mengembangkan metode fisiologis melawan ketegangan dan kecemasan. Teknik ini disebutnya relaksasi progresif yaitu teknik untuk mengurangi ketegangan otot (Levy dkk., 1984). Jacobson berpendapat bahwa semua bentuk ketegangan termasuk ketegangan mental didasarkan pada kontraksi otot (Sheridan dan Radmacher, 1992). Jika seseorang dapat diajarkan untuk merelaksasikan otot mereka, maka mereka benar-benar relaks. Latihan relaksasi dapat digunakan untuk memasuki kondisi tidur karena dengan mengendorkan otot secara sengaja akan membentuk suasana tenang dan santai. Suasana ini diperlukan untuk mencapai kondisi gelombang alpha yaitu suatu keadaan yang diperlukan seseorang untuk memasuki fase tidur awal.
Dasar teori relaksasi adalah sebagai berikut: pada sistem saraf manusia terdapat sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Fungsi sistem saraf pusat adalah mengendalikan gerakan-gerakan yang dikehendaki, misalnya gerakan tangan, kaki, leher, jari-jari, dan sebagainya. Sistem saraf otonom berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan yang otomatis, misalnya fungsi digestif, proses kardiovaskuler, gairah seksual, dan sebagainya. Sistem saraf otonom terdiri dari sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Sistem saraf simpatis bekerja meningkatkan rangsangan atau memacu organ-organ tubuh, memacu meningkatnya detak jantung dan pernafasan, menurunkan temperatur kulit dan daya hantar kulit, serta akan menghambat proses digestif dan seksual. Sistem saraf parasimpatis menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatis. Selama sistem-sistem tersebut befungsi normal dalam keseimbangan, bertambahnya akfivitas Sistem yang satu akan menghambat atau menaikan efek sistem yang lain. Pada waktu individu mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja adalah sistem saraf simpatis, sedangkan pada waktu relaksasi yang bekerja adalah sistem saraf parasimpatis, dengan demikian relaksasi dapat menekan rasa tegang dan rasa cemas dengan cara resiprok, sehingga timbul counter conditioning dan penghilangan (Prawitasari, 1988). Apabila individu melakukan relaksasi ketika ia mengalami ketegangan atau kecemasan, maka reaksi-reaksi fisiologis yang dirasakan individu akan berkurang, sehingga akan merasa rileks. Apabila kondisi fisiknya sudah rileks, maka kondisi psikisnya juga tenang (Lichstein, et al. 1993).Teknik relaksasi sudah dikenal lama dan banyak digunakan dalam berbagai terapi baik terapi permasalahan fisik maupun psikologis. Ada beberapa jenis relaksasi yang sudah dikenal antara lain relaksasi progresif, relaksasi diferensial dan relaksasi via letting go
Terapi Dzikir
Penyembuhan terhadap insomnia tergantung dari penyebab yang menimbulkan insomnia. Bila penyebabnya adalah kebiasaan yang salah atau lingkungan yang kurang kondusif untuk tidur maka terapi yang dilakukan adalah merubah kebiasaan dan lingkungannya. Sedangkan untuk penyebab psikologis maka konseling dan terapi relaksasi dapat digunakan untuk mengurangi gangguan sulit tidur, terapi ini merupakan bentuk terapi psikologis yang mendasarkan pada teori-teori behavioris.
Dasar pikiran relaksasi adalah sebagai berikut. Relakasasi merupakan pengaktifan dari saraf parasimpatetis yang menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatetis, dan menstimulasi naiknya semua fungsi yang diturunkan oleh saraf simpatetis. Masing-masing saraf parasimpatetis dan simpatetis saling berpegaruh maka dengan bertambahnya salah satu aktivitas sistem yang satu akan menghambat atau menekan fungsi yang lain (Utami, 1993). Ketika seseorang mengalami gangguan tidur maka ada ketegangan pada otak dan otot sehingga dengan mengaktifkan saraf parasimpatetis dengan teknik relaksasi maka secara otomatis ketegangan berkurang sehingga seseorang akan mudah untuk masuk ke kondisi tidur.
Berbagai macam bentuk relaksasi yang sudah ada adalah relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera, relaksasi meditasi, yoga dan relaksasi hipnosa (utami, 1993). Dari bentuk relaksasi di atas belum pernah dimunculkan kajian tentang bentuk relaksasi dengan dzikir. Bila dalam meditasi penelitian tentang meditasi transendental sudah banyak dilakukan misalnya penelitian mengenai transcendental meditation yang dikembangkan oleh maharishi mahes yogi. Relaksasi dzikir ini merupakan bentuk sikap pasif atau pasrah dengan menggunakan kata yang diulang-ulang sehingga menimbulkan respon relaksasi yaitu tenang. Respon relaksasi yang digabungkan keyakinan ini sudah dikembangkan oleh Benson (2000), dimana dengan mengulang kata yang dipilih dapat membangkitkan kondisi relaks. Menurutnya metode penggabungan ini lebih efektif bila dibandingkan dengan relaksasi yang tidak melibatkan faktor keyakinan (tentunya hal juga didukung oleh penelitian).
Kata atau dzikir yang akan digunakan sebaiknya berupa kata yang memiliki makna yang dalam bagi subjek. Dalam literatur Islam banyak sekali kata yang dapat digunakan untuk dzikir misalnya Yaa Allah, ahad.. ahad.., alhamdulillah, atau menggunakan asmaul husna. Arti dizkir sendiri adalah ingat, jadi perbuatan dzikir lebih pada makna dari pada verbalisasinya. Sehingga diharapkan dalam relaksasi dzikir ini dapat membawa subjek pada alam trasendental. Setelah sikap transenden sudah terbentuk langkah selanjutnya adalah membangkitkan sikap pasif yang merupakan sikap dalam relaksasi yaitu dengan menimbulkan sikap pasrah. Pasrah dapat dideskripsikan sebagai sebuah sikap penyerahan total kepada objek trasenden yaitu Allah SWT. Dengan sikap ini apapun yang terjadi dalam diri diterima tanpa reserve, sehingga sangat efektif untuk menimbukan sikap pasif. Munculkannya gangguan insomnia yang banyak disebabkan oleh konflik internal yang akhirnya menimbulkan stress dapat diredakan dengan sikap penerimaan diri, tidak menentang, dan pasif total. Pada kondisi ini saraf simpatetik yang membuat tegang dapat diturunkan fungsi-fungsinya dan menaikkan saraf parasimpatetik.
Tahap-tahap relaksasi dzikir :
1. Ambil posisi tidur telentang yang paling nyaman,
2. Pejamkan mata dengan pelan tidak perlu dipaksakan sehingga tidak ada ketegangan otot sekitar mata
3. Lemaskan semua otot. Mulailah dengan kaki, kemudian betis, paha dan perut. Gerakkan bahu beberapa kali sehingga tercapai kondisi yang lebih relaks
4. Perhatikan pernapasan. Bernapaslah dengan lambat dan wajar, dan ucapkan dalam hati frase atau kata yang digunakan sebagai contoh anda menggunakan frase yaa Allah. Pada saat mengambil nafas sertai dengan mengucapkan kata ya dalam hati, setelah selesai keluarkan nafas dengan mengucapkan Allah dalam hati. Sambil terus melakukan no 4, lemaskan seluruh tubuh disertai dengan sikap pasrah kepada Allah. Sikap ini mengambarkan sikap pasif yang diperlukan dalam relaksasi, dari sikap pasif akan muncul efek relaksasi ketenangan.
2. Farmakoterapi
Farmakoterapi diindikasikan pada orang sehat yang mengalami transient insomnia atau pada orangtua dengan intermittenr insomnia; tetapi tidak dianjurkan pada insomnia kronik, kecuali bila digunakan secara intermitten atau sebagai terapi ajuvan. Hipnotik sedatif digunakan bila dipastikan tidak ada primary sleep disorder; dan dimulai dengan dosis serendah mungkin untuk waktu sesingkat mungkin. Para orangtua harus diperhitungkan kemungkinan perubahan farmakokinetik..
BenzodiazepinHipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan faali untuk tidur. Lazimnya obat ini diberikan pada malam hari. Bilamana zat-zat ini diberikan pada siang hari dalam dosis yang lebih rendah untuk tujuan menenangkan , maka dinamakan sedativa (obat-obat pereda). Oleh karena itu tidak ada perbedaan yang tajam antara kedua kelompok obat ini. Sedativa berfungsi menurunkan aktivitas, mengurangi ketegangan, dan menenangkan penggunanya. Sedangkan hipnotika menimbulkan rasa kantuk, mempercepat tidur, dan sepanjang malam mempertahankan keadaan tidur yang menyerupai tidur alamiah. Hipnotikum yang ideal sebetulnya tidak ada, tetapi obat-obat yang paling layak digunakan adalah suatu obat dari kelompok benzodiazepin (Tjay and Rahardja, 2002).
Benzodiazepin hendaknya jangan diberikan pada anak-anak untuk periode panjang, karena dapat mempengaruhi perkembangan psikisnya. Obat ini efektif untuk mempercepat tidur, memperpanjang waktu tidur dengan mengurangi frekuensi terbangun serta memperbaiki kualitas (dalamnya) tidur. Selain itu, obat tersebut memiliki keberatan-keberatan yang paling ringan dibandingkan hipnotika. Obat-obatan ini pada umumnya kini dianggap sebagai obat tidur pilihan pertama karena toksisitasnya dan efek sampingnya yang relatif paling ringan. (Tjay and Rahardja, 2002).1. Nama generic : Estazolam
Nama dagang di Indonesia : Esilgan
Bentuk Sediaan : Tablet
Dosis : 1-2 mg/malam
Aturan pakai : Diberikan sewaktu hendak tidur. Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan. Indikasi : Semua gangguan tidur karena gugup, cemas, tegang, psikosis Kontraindikasi : Miastenia Gravis, pasien yang fungsi pernafasannya sangat tertekan, pasien yanglemah atau lanjut usia. Efek samping : Letih, lesu, mengantuk, dimana mengantuk dapat dikurangi jika obat diberikan segera sesuadah makan. Efek samping lainnya yaitu pusing, nyeri kepala, mulut kering, rasa pahit di mulut, gangguan lambung usus, dan penglihatan berganda karena otot mata mengendur. Pada penggunaan yang lama dapat menyebabkan rage reaction (perilaku menyerang dan ganas) Resiko khusus : Untuk wanita hamil. Estazolam termasuk kategori X. Maksudnya, Studi terhadap binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya abnormalitasjanin atau terdapat bukti adanya risiko pada janin, dan risiko penggunaan obat ini jelas melebihi manfaat yang diperoleh. Obat dalam kategori ini dikontraindikasikan pada wanita yang sedang atau memiliki kemungkinan hamil.
2. Nama generic : Triazolam Nama dagang di Indonesia : Halcion
Bentuk Sediaan : Tablet
Dosis : 0,125 mg dan 0,25 mg
Aturan pakai : Diberikan sewaktu hendak tidur. Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.
Indikasi : Insomnia ringan dan berjangka pendek dan sebagai pengobatan insomnia berjangka panjang
Kontraindikasi : Hipersensitivitas, wanita hamil
Efek Samping : Mengantuk, sakit kepala/pusing, gelisah, kehilangan keseimbangan, mual, muntah.
Resiko khusus : Untuk wanita hamil. Triazolam termasuk kategori X. Maksudnya, Studi terhadap binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya abnormalitasjanin atau terdapat bukti adanya risiko pada janin, dan risiko penggunaan obat ini jelas melebihi manfaat yang diperoleh. Obat dalam kategori ini dikontraindikasikan pada wanita yang sedang atau memiliki kemungkinan hamil
2.2.1 Hipersomnia
2.2.2.1 definisi
Hipersomnia / Mudah Tertidur adalah Gangguan akibat tidur yang berlebihan.
( - .2009.jenis gangguan tidur lain.diunduh dari http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/10/122/

2.2.2.1 Etiologi
Penyebab hipersomnia adalah jika seseorang tidak dapat tidur dalam,tahap REM tidak akan terjadi, ketika terbangun merasa lelah.
http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/10/122/

2.2.2.2 Manifestasi
• Mengantuk disiang hari yang berlebih
• Hiperfagia
• Keadaan bingung
• Penarikan diri dari interaksi sosial
http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/10/122/
.
2.2.2.3 Penatalaksanaan
Pengobatan mencakup penurunan berat badan untuk pasien obesitas, tidur dalam posisi tegak,koreksi bedah pada sindrome obstruktif.oksigen aliran rendah dan alat bantu mekanik,obat – obatan fermakologik, seperti impramin, klomipramin, protriptilin, dan teofilin, serta menghindari obat – obatan depresan, termasuk alkohol,hipnotik, dan penyakit beta.(residen bagian psikiatri.1997.hal 341)





2.2.3 Gangguan jadwal tidur terjaga.
2.2.3.1 Definisi
Gangguan jadwal tidur terjaga adalah gangguan yang timbul akibat ketidakcocokan antara ritme sirkadian normal dan siklus tidur terjaga normal yang dituntut oleh lingkungan.(residen bagian psikiatri.1997.hal 341)
2.2.3.2 Etiologi
• Penyebab gangguan jadwal tidur terjaga timbul karena terdapat perbedaan antara sirkadian normal dan siklus tidur normal.
• Terjadi saat seseorang mengalami perubahan zona waktu dengan cepat /perubahan dengan jadwal kerja.
(residen bagian psikiatri.1997.hal 341)
2.2.3.3 Manifestasi
• Sering terjaga dipagi hari & sukar dibedakan dengan depresi
• Pola waktu tidur dan terjaga acak dan tidak dapat diamalkan
.(residen bagian psikiatri.1997.hal 341)
2.2.3.4 Penatalaksanaan
• Satu – satunya pendekatan pengobatan yang paling efektif adalah kronoterapi yang melibatkan perubahan harian sistemik dari rangsangan lingjungan hingga siklus tidur terjaga disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan lingkungan dan sering kali diresepkan.
• Sedatif - hipnotik

2.2.2 Somnambulisme
2.2.4.1 Definisi
Somnambulisme adalah suatu keadaan perubahan kesadaran, fenomena tidur-bangun terjadi pada saat bersamaan.( - .2009.jenis gangguan tidur lainnya diunduh dari http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/10/122/

2.2.4.2 Etiologi
Penyebab somnambulisme berhubungan dengan kesehatan yang buru, depresi, stress, aktifitas harian yang terbatas dan penggunaan benzodiazepin dan hipnotik yang tidak teratur
2.2.4.3 Gejala
• Sewaktu tidur penderita kadang melakukan aktifitas motorik (berjalan, berpakaian, menjerit, bicara, mengendarai mobil)
• Akhir kegiatan tersebut kadang penderita terjaga kemudian kebingungan dan tertidur kembali.
• Tidak ingat dengan gejala tersebut.
2.2.4.4 Pengobatan
• Pengobatan medikamentosa dengan penggunaan antidepresan dosis rendah, waktu kerja singkat dan secara reguler bisa diamati efek samping obatnya
• pengobatan dengan nonmedikamentosa, yaitu dengan melatih pasien mengubah pola hidup, pola tidur yang sehat, pola makan serta keterlibatan keluarga/perawat/orang-orang lain di sekitar pasien. Beberapa jenis terapi yang dikenal antara lain:
1. Tidur sehat universal
Untuk melatih pasien memiliki kebiasaan tidur yang sehat dan teratur.
2. Terapi stimulus control
Untuk mengatasi kesulitan memulai tidur
3. Terapi restriksi tidur
Mengurangi waktu di tempat tidur dapat menolong konsolidasi tidur pasien
4. Terapi relaksasi dan biofeedback
Antara lain dengan hipnosis diri, relaksasi progresif, latihan pernafasan dalam efektif untuk relaksasi. Biofeedback memberikan stimulus fisiologik untuk relaksasi.
http://setta.blog.friendster.com/2008/08/somnambulisme
2.2.3 Teror tidur / night terror
2.2.5.1 Definisi
Teror tidur adalah gangguan tidur yang terjadi pada 1/3 awal tidur / dengan arti lain tidur dengan mimpi yang menakutkan yang mengakibatkan penderita terbangun dalam keadaan ketakutan. .( - .2009.jenis gangguan tidur lainnya diunduh dari http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/10/122/
2.2.5.2 Etiologi
Penyebab teror tidur adalah mimpi yang menakutkan, penderita kadang terjaga tetapi mengalami kebingungan & disorientasi.( - .2009.jenis gangguan tidur lainnya diunduh dari
http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/10/122/
2.2.5.3 Gejala
• Terbangun dengan teriakan, kepanikan
• Menangis disertai ketakutan kecemasan.
• Pada saat serangan pasien sulit dibangunkan & ditenangkan.
• Disorientasi
• Tachypneu
( - .2009.jenis gangguan tidur lainnya diunduh dari http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/10/122/
2.2.5.4 Penatalaksanaan
Diberikan obat benzoadiazepin dan imipramin.(Residen bagian psikiatri UCLA.1997.hal 345)

2.2.4 Mimpi buruk
2.2.6.1 Definisi
Mimpi buruk adalah gangguan terdiri dari terjaga dari tidur yang berulang dengan ingatan terperinci yang hidup akan mimpi menakutkan.
( - .2009.jenis gangguan tidur lainnya diunduh dari http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/10/122/)
2.2.6.2 Etiologi
• Terjadi pada keadaan stress mental dan berkurang karena kelelahan.
• Ansietas
• Penarikan diri dari obat – obatan (reserpin, penyekat beta, alkohol,tiotiksen)
• Obat – obatan dan alkohol
.( - .2009.jenis gangguan tidur lainnya diunduh dari http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/10/122/)
2.2.6.3 Manifestasi
• Kehilangan tonus otot terkait – REM
• Pasien cepat berorientasi pada saat terjaga
.( - .2009.jenis gangguan tidur lainnya diunduh dari http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/10/122/)
2.2.6.4 Penatalaksanaan
Psikoterapi & pengobatan perilaku telah dilaporkan sebagai metode pengobatan efektif. .( - .2009.jenis gangguan tidur lainnya diunduh dari http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/10/122/)
2.2.5 Gangguan tidur non – organik lainnya
(Rudi muslim . 2001:hal 96)
2.2.6 Gangguan tidur non organik
(Rudi muslim . 2001:hal 96)



2.3 Disfungsi seksual buka disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik (F52)
2.3.1 Ejakulasi Dini
2.3.1.1 Definisi
Ejakulasi dini atau ejakulasi prematur adalah suatu masalah suami istri dimana dalam berhubungan seks laki-laki keluarga atau orgasme lebih dahulu daripada wanita ( _______, 2006 Tips mencegah/mengatasi ejakulasi dini/ejakulasi prematur pada pria problem seks/seksologi disfungsi dari http://www.medcastore.com/sanomale/ejakulasi dini.html).
2.3.1.2 Etiologi
1. Kebiasaan mencapai organisme dan ejakulasi secara tergesa-gesa sebelumnya.
2. Kurang berfungsinya serotonin, suatu neurotranswitter yang berfungsi menghambat dan ejakulasi.
3. Gangguan kontrol syarat yang mengatur peristiwa ejakulasi
( _______, 2006 Tips mencegah/mengatasi ejakulasi dini/ejakulasi prematur pada pria problem seks/seksologi disfungsi dari http://www.medcastore.com/sanomale/ejakulasi dini.html).
2.3.1.3 Gejala
Perempuan tidak mendapatkan puncak kenikmatan
( _______, 2006 Tips mencegah/mengatasi ejakulasi dini/ejakulasi prematur pada pria problem seks/seksologi disfungsi dari http://www.medcastore.com/sanomale/ejakulasi dini.html).
2.3.1.4 Pengobatan
1. Sex Therapy yang dilakukan untuk mengontrol ejakulasi dilakukan dengan bantuan istri
1) Sex Therapy yang dilakukan masturbasi terhadap suami yang menderita ejakulasi dini dengan posisi suami berbaring terlentang, sampai suami merasa ingin organisme dan ejakulasi.


2) Langkah kedua, pada saat suami merasa ingin organisme dan ejakulasi dini, istri melakukan penekanan pada penis dengan menggunakan ibu jari, telunjuk dan jari tengah, selama beberapa detik untuk menghambat terjadinya ejakulasi.
3) Langkah ketiga. Istri melakukan masturbasi terhadap suami sampai posisi ereksi yang cukup, lalu segera memasukkannya kedalam vagina dalam posisi istri diatas tanpa melakukan gerakan. Bila suami merasa akan ejakulasi, istri segera mengangkat tubuhnya dan melakukan penekanan pada penis seperti pada langkah kedua. Selanjutnya rangsangan dengan masturbasi diulang lagi, dan dilanjutkan dengan hubungan seksual seperti diatas.
4) Langkah keempat, dilakukan setelah beberapa hari melakukan latihan diatas. Pada langkah ini suami diizinkan melakukan tekanan untuk mempertahankan ereksinya selama melakukan hubungan seksual dengan posisi istri diatas.
5) Langkah kelima, dilakukan bila suami sudah lebih mampu mengontrol ejakulasi. Pada langkah ini pasangan dapat melakukan hubungan seksual dengan posisi samping. Kalau dengan posisi ini suami mampu menahan ejakulasi, maka hubungan seksual dapat dilakukan dalam posisi suami diatas.
2. Cara pengobatan ejakulasi dini yang lain ialah dengan menggunakan obat yang berkhasiat mengontrol ejakulasi. Ada beberapa obat yang dapat mengontrol ejakulasi tapi mengingat obat tersebut mempunyai efek samping, maka penggunaannya harus dibawah pengawasan dokter.
3. Operasi terhadap syaraf yang mengontrol terjadinya peristiwa ejakulasi
( _______2006. Bagaimana mengatasi ejakulasi dini. Diinduh dari http://www.kompas.com/kesehatan/news/0602/02/114348.html)



2.2.7 DyspareMimpi buruk
2.2.8 Gangguan tidur non – organik lainnya
2.2.9 Gangguan tidur non organik
2.4 Disfungsi seksual buka disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik (F52)
2.4.1 Ejakulasi Dini
2.4.1.1 Definisi
Dypareunia adalah hubungan seks yang terasa nyeri ( ______, 2009. Nyeri saat hubungan seks. Diinduh dari http://ina-one-team.blogspot.com/2009/02/Nyeri-saat-hubungan seks-dyspareunin.html).
2.4.1.2 Etiologi
1. Etiologinya beraneka ragam. Mulai dari yang lokal seperti kuragnya lubrikasi vagina, luka bekas episiotomi, penipisan dan pengeringan dinding vagina akibat kurang estrogen pada menopause, atau menyusui dan terakhir karena foreplay yang tidak adequate.
2. Penyebab nyeri saat penetrasi dalam : peluk inflammatory disease (PID), kista ovarium, Endometriosis, varikose) dan penyebab lain seperti infeksi (PMS), infeksi saluran kencing, kanker pada organ seks atau daerah panggul, alergi terhadap bahan latex pada kondom dan dlaphragha serviks.
3. Pada laki-laki bisanya disebabkan adanya iritasi pada kulit penis seperti alergi atau radang, kelainan bentuk penis (seperti penis yang bengkak) dan infeksi kelenjar prostat atau testis.
nyeri ( ______, 2009.Nyeri saat hubungan seks. Diinduh dari http://ina-one-team.blogspot.com/2009/02/Nyeri-saat-hubungan seks-dyspareunin.html).
2.4.1.3 Gejala
Nyeri dirasakan seperti terbakar, robek, tertekan atau sensasi sakit yang berhubungan dengan penetrasi, nyeri juga dideskripsikan seperti menusuk atau mirip dengan nyeri haid.
nyeri ( ______, 2009.Nyeri saat hubungan seks. Diinduh dari http://ina-one-team.blogspot.com/2009/02/Nyeri-saat-hubungan seks-dyspareunin.html).



2.4.1.4 Pengobatan
1. Jika ditentukan infeksi dapat diberikan antibiotik
2. Jika alergi terhadap bahan latex, maka ganti metode kontrasepsi
3. Lubrikan yang berbahan dasar air (water-bused lubricant) bisa menolong menghilangkan rasa tidak nyaman dan friksi. Hindarkan lubrikan yang oil-Based, karena bisa mencetuskan infeksi bagi wanita yang menderita vaginismus, dapat digunakan dilator dengan berbagai ukuran.
4. Diperlukan konseling jika ditentukan kelainan psikologis
nyeri ( ______, 2009.Nyeri saat hubungan seks. Diinduh dari http://ina-one-team.blogspot.com/2009/02/Nyeri-saat-hubungan seks-dyspareunin.html).
2.4.2 Vaginismus
2.4.2.1 Definisi
Vaginismus adalah rasa sakit akibat ketegangan otot-otot vagina ketika berhubungan intim ( _______2009. Vaginismus diinduh dari http://www-Indonesia.com/f-/44955-vaginismus/index2 html).
2.4.2.2 Etiologi
1. Pernah mengalami trauma seksual
2. Adanya kesan mendalam yang tertanam sejak masa kanak-kanak bahwa organ genital adalah area “keramat” yang tidak boleh disentuh oleh siapapun termasuk dirinya sendiri.
3. Adanya ketakutan akan timbulnya rasa nyeri pada saat senggama, terutama senggama yang pertama.
4. Bisa juga nyeri karena melihat ukuran penis suami yang bangun dan khawatir penis yang besar tersebut akan masuk ke dalam tubuhnya lalu menyebabkan rasa nyeri yang hebat.
( _______2009. Vaginismus diinduh dari http://www-Indonesia.com/ f-/44955-vaginismus/index2 html).


2.4.2.3 Gejala
Rasa sakit saat berhubungan dengan suami
( _______2009. Vaginismus diinduh dari http://www-Indonesia.com/f-/44955-vaginismus/index2 html).
2.4.2.4 Pengobatan
1. Menanamkan pemahaman seksualitas dan pentingnya seks dalam rumah tangga.
2. Mengenal dengan baik struktur serta fungsi organ genital laki-laki atau perempuan.
3. Relaksasi dan latihan otot-otot organ genital.
4. Insersi dengan vaginal dilator. Pada tahan ini, dokter atau suami memasukkan sebuah alat bulat, panjang dan tumpul dalam berbagai ukuran ke dalam vagina, lalu dikeluarkan kembali, ini merupakan tahap pembelajaran sekaligus pembuktian bagi istri bahwa penetrasi tidak akan mengakibatkan luka dan sakit yang berlebihan
( _______2009. Vaginismus diinduh dari http://www-Indonesia.com/f-/44955-vaginismus/index2 html).
2.4.3 Kurang atau Hilangnya Nafsu Seksual
Hilangnya nafsu seksual merupakan masalah utama dan tidak merupakan gangguan sekunder dari kesulitan seksual lainnya, seperti kegagalan ereksi atau dispareunia. Hilangnya nafsu seksual tidak menyingkirkan kenikmatan atau bangkitan (arousal) seksual, tetapi menyebabkan berkurangnya aktivitas awal seksual termasuk frigiditas (Rudi Waslim, 2001; 96).
2.4.4 Kegagalan Respon Geniral
Pada pria masalah utama adalah disfungsi ereksi, misal kesukaran untuk terjadinya atau mempertahankan ereksi yang memadai untuk suatu hubungan seksual yang memuaskan. Pada wanita masalah utama adalah kekeringan vagina atau kegagalan pelicinan (lubrication) (Rudi Waslim, 2001; 96).

2.4.5 Disfungsi Orgasme
Baik orgasme/tidak sama sekali maupun yang sangat lambat termasuk “psychogenic anargasmy” (Rudi Waslim, 2001; 96).
2.4.6 Dorongan Seksual Yang Berlebihan
Baik pria maupun wanita dapat kadang-kadang mengeluh dorongan seksual berlebihan sebagai problem dalam dirinya biasanya pada remaja umur belasan tahun atau dewasa muda (Rudi Waslim, 2001; 97).
2.4.7 Disfungsi seksual lainnya bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik (Rudi Waslim, 2001; 97).
2.4.8 Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik (Rudi Waslim, 2001; 97).

2.5 Gangguan Mental dan Perilaku Yang Berhubungan Dengan Masa Nifas YTK
Klasifikasi ini hasilnya digunakan untuk gangguan jiwa yang berhubungan dengan masa nifas (tidak lebih dari 6 minggu setelah persalinan) yang tidak memenuhi kriteria di tempat lain.
2.5.1 Gangguan mental dan perilaku ringan yang berhubungan dengan masa nifas YTK
Termasuk : post partum depression YTT
(Rudi Waslim, 2001; 97).
2.5.2 Gangguan mental dan perilaku berat berhubungan dengan masa nifas YTK
Termasuk : masa nifas YTK
(Rudi Waslim, 2001; 97).
2.5.3 Gangguan mental dan perilaku lainnya yang berhubungan dengan masa nifas YTK
(Rudi Waslim, 2001; 97).
2.5.4 Gangguan Jiwa Masa Nifas YTT
(Rudi Waslim, 2001; 86).


2.6 Faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit YDK
Kategori ini harus digunakan untuk mencatat adanya pengaruh psikologis atau perilaku yang diperhitungkan mempunyai perasaan besar dalam etiologi terjadinya gangguan fisik yang diklasifikasi di tempat lain.
(Rudi Waslim, 2001; 98).
Contoh :  Asma bronchiale
 Dermatitis dan eksema
 Luka lambung
 Kolitis Ulceraty
 Kolitis nubus
(Rudi Waslim, 2001; 98).
2.7 Penyalahgunaan Zat Yang Tidak Menyebabkan Ketergantungan (F55)
2.7.1 Definisi
Merupakan obat yang diresepkan atau dianjurkan oleh dokter, namun kemudian dapat terjadi pemakaian yang terus-menerus, diluar indikasi medis, dan seringkali dosis menjadi berlebihan (Rudi waslim, 2001; 98). Walaupun terdapat suatu rentang dari penggunaan obat biasa atau alkhohol sampai pada penggunaan berlebihan dan penyalahgunaan serta ketergantungan, atau tiap penyalahgunaan zat akan tergantung (Stuart, 1998; 289)
2.7.2 Etiologi
1. Kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit :
2. Adiksi
2.6.2.1 Faktor Predisposisi
2.6.2.2 Faktor Biologik meliputi :
1) Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan alkhohol
2) Perubahan metabolik alkhohol yang mengakibatkan respon fisiologis yang tidak nyaman
2.6.2.3 Faktor Psikologik
1. Tipe ketergantungan oral
2. Harga diri rendah sering berhubungan dengan penganiayaan pada masa anak-anak
3. Perilaku maladaptif yang dipelajari secara berlebihan
4. Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit
5. Sifat keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran yang tidak positif
2.6.2.4 Faktor Sosio Kultural
2. Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap penggunaan obat
3. Sikap, nilai, norma dan sangsi kultural
4. Kebangsaan, etnis dan agama
(Stuart, 1998; 405).
2.6.3 Jenis Obat
2.6.3.1 Antidepresan
2.6.3.2 Pencahar
2.6.3.3 Analgetik
2.6.3.4 Vitamin
2.6.3.5 Steroida atau hormon
2.6.3.6 Jamu
2.6.3.7 Zat lain yang tidak menyebabkan ketergantungan misal.Diuretika
2.6.3.8 YTT
(Rudi Waslim, 2001; 98).
2.7 Sindrom perilaku YTT yang berhubungan dengan gangguan gangguan fisiologis dan faktor fisik
termasuk : disfungsi fisiologis psikogenik YTT (Rudi Waslim, 2001; 98).
BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik merupakan sekumpulan gejala yang di akibatkan oleh psikologis seseorang yang tidak tenang dan cemas terhadap aspek fisiologis tubuhnya. Oleh karena itu, perawat di tuntut untuk memberikan terapi kejiwaan yang tepat bagi penderita ini.

3.2 Saran
Setelah pembaca mengetahui informasi tentang sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik , di harapkan :
1. Pembaca berkenan menggali informasi tentang sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik dari sumber lain.
2. Pembaca membandingkan informasi yang didapat dengan sumber yang ada pada makalah ini sehingga dapat menambah informasi pembaca tentang sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik.
3. apabila pembaca menemukan gejala-gejala dari sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, pembaca dapat menerapkan prinsip-prinsip penatalaksanaan dengan tepat.








DAFTAR PUSTAKA


( _______, 2006 Tips mencegah/mengatasi ejakulasi dini/ejakulasi prematur pada pria problem seks/seksologi disfungsi dari http://www.medcastore.com/sanomale/ejakulasi dini.html).
( _______2006. Bagaimana mengatasi ejakulasi dini. Diinduh dari http://www.kompas.com/kesehatan/news/0602/02/114348.html)
( _______2009. Vaginismus diinduh dari http://www-Indonesia.com/f-/44955-vaginismus/index2 html).
Residen Bagian Psikiatri, 1997. Buku Saku Psikiatri; UCLA
Stuart, Gailwiscart, 1998. Keperawatan Jiwa. Ed III. Jakarta; EGC
Waslim, Rudi, 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta; PPDGJ





























.

askep medikal bedah

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PENYAKIT ADDISON

I. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi

- Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormon yang terjadi pada semua kelompok umur dan menimpa pria – pria dan wanita – wanita sama rata. Penyakit di karakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot, kelelahan, tekanan darah rendah dan adakalanya penggelapan kulit pada kedua – duanya yaitu bagian – bagian tubuh yang terbuka dan tidak terbuka. (http:/www.total kesehatan nanda.com/Addison 4html)

- Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon – hormon korteks adrenal (soediman,1996)

- Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau atrofik, biasanya auto imun atau tuberkulosa (baroon, 1994)

- Penyakit Addison adalah terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal (keperawatan medical bedah, bruner, dan suddart edisi 8 hal 1325)

- Penyakit Addison adalah kekurangan partikal ssekresi hormon korteks adrenal. Keadaan seperti ini terlihat pada hipoado tironisme yang hanya mengenal zona glomeruluna dan sakresi aldosteron pada sindrom adrenogenetal dimana gangguan enzim menghambat sekresi steoid (Patofisiologi Edisi 2 Hal 296)

2. Etiologi

a. Tuberculosis

b. Histo plasmosis

c. Koksidiodomikosisd

d. Kriptokokissie

e. Pengangkatan kedua kelenjar adrenal

f. Kanker metastatik (Ca. Paru, Lambung, Payudara, Melanoma, Limfoma)

g. Adrenalitis auto imun

3. Manifestasi Klinik

a. Gejala awal : kelemahan, fatique, anoreksia, hausea, muntah, BB menurun, hipotensi, dan hipoglikemi.

b. Astenia (gejala cardinal) : pasien kelemahan yang berlebih

c. Hiperpiqmentasi : menghitam seperti perunggu, coklat seperti terkena sinar matahari, biasanya pada kulit buku jari, lutut, siku

d. Rambut pubis dan aksilaris berkurang pada perempuan

e. Hipotensi arterial (td : 80/50 mmHg/kurang)

f. Abnormalitas fungsi gastrointestinal

4. Patofisiologi

Terlampir

5. Komplikasi

a. Syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)

b. Kolaps sirkulasi

c. Dehidrasi

d. Hiperkalemiae

e. Sepsis

f. Ca. Paru

g. Diabetes melitus

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

- Penurunan konsentrasi glukosa dan natrium (hipoglikemia dan hiponatrium)

- Peningkatan konsentrasi kalium serum (hiperkalemia)

- Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)

- Penurunan kadar kortisol serum

- Kadar kortisol plasma rendah

b. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya klasifikasi diadrenal

c. CT Scan

Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive hubungannya dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltrasi malignan dan non malignan dan hemoragik adrenal

d. Gambaran EKG

Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolik

e. Tes stimulating ACTH

Cortisol adarah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari ACTH diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut pendek cepat. Penyukuran cortisol dalam darah di ulang 30 sampai 60 menit setelah suatu suntikan ACTH adalah suatu kenaikan tingkatan – tingkatan cortisol dalam darah dan urin.

f. Tes Stimulating CRH

Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes stimulasi CRH “Panjang” diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidak cukupan adrenal. Pada tes ini, CRH sintetik di suntikkan secara intravena dan cortisol darah diukur sebelum dan 30, 60 ,90 dan 120 menit setelah suntikan. Pasien – pasien dengan ketidak cukupan adrenal seunder memp. Respon kekurangan cortisol namun tidak hadir / penundaan respon – respon ACTH. Ketidakhadiran respon – respon ACTH menunjuk pada pituitary sebagai penyebab ; suatu penundaan respon ACTH menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab.

7. Penatalaksanaan

a. Medik

1) Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5 – 50 mg/hr

2) Hidrkortison (solu – cortef) disuntikan secara IV

3) Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol

4) Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline

5) Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral

b. Keperawatan

1) Pengukuran TTV

2) Memberikan rasa nyaman dengan mengatur / menyediakan waktu istirahat pasien

3) Meniempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan

4) Memberikan suplemen makanan dengan penambahan garam

5) Fallow up : mempertahankan berat badan, tekanan darah dan elektrolit yang normal disertai regresi gambaran klinis

6) Memantau kondisi pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala yang menunjukan adanya krisis Addison.


PATOFISIOLOGI

Faktor etiologi

Auto imun (TB, Histoplasmosis, dll)


Destruksi kontek adrenal


Insufisiensi adrenal


Hormon kortisol menurun


Merangsang mineral bortikoid


Melanosit

GFR


Produksi uring meninggkat

Dueresis >>


Berlanjut oligori


Resiko Gx eliminasi uri

Insufisiensi primer adreno kortikal


Hiperpigmentasi


HDR


Tubulus mengalami gx reabsasi


Glukoneogenesis


Hipoglikemie


Suplai O2 berkurang


Metabolik anaerob


Enzim Hcl


Mual muntah

Anoreksia


Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

ADDISON


Kekurangan aldosteron


Meningkatnya pembuangan Na


Meningkatnya K oleh ginjal


Sistem konduksi jantung


Kontraksi otot jantung lemah


Jantung tidak mampu memompa

Kontraksi otot jantung lemah


Jantung tidak mampu memompa


Hipotensi


Krisis Addison


Penurunan suplai darah ke organ vital (hepar, ginjal)


Kematian sel


Atropi


Diskontinuitas sistem konduksi spasme otot abdomen


Nyeri abdomen

Kelemahan otot


Intoleransi aktivitas


Defisit perawatan diri


Keseimbangan air dan garam terganggu


Turunnya volume cairan


Sirkulasi vaskuler


Kekurangan volume cairan

Penurunan suplai O2 ke otak


Gx perfusi cerebral


Pusing


Gx rasa nyaman

Hipofiseanterior


Hormon ganadotropin berkurang


Kelainan tanda sek sekunder


Rambut pubis berkurang


Libido berkurang


Kurang pengetahuan


Cemas


II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Identitas

Penyakit Addison bisa terjadi pada laki – laki maupun perempuan yang mengalami krisis adrenal

2. Keluhan Utama

Pada umumnya pasien mengeluh kelemahan, fatique, nausea dan muntah.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita tuberkulosis, hipoglikemia maupun ca paru, payudara dan limpama

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada gejala awal : kelemahan, fatiquw, anoreksia, nausea, muntah, BB turun, hipotensi dan hipoglikemi, astenia (gejala cardinal). Pasien lemah yang berlebih, hiperpigmentasi, rambut pubis dan axila berkurang pada perempuan, hipotensi arterial (TD : 80/50 mm)

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang sama / penyakit autoimun yang lain.

6. Pemeriksaan Fisik ( Body Of System)

a. Sistem Pernapasan

I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi otot bantu pernapasan (dispneu), terdapat pergerakan cuping hidung

P : Terdapat pergesekan dada tinggi

P : Resonan

A : Terdapat suara ronkhi, krekels pada keadaan infeksi

b. Sistem Cardiovaskuler

I : Ictus Cordis tidak tampak

P : Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra

P : Redup

A : Suara jantung melemah

c. Sistem Pencernaan

· Mulut dan tenggorokan : nafsu makan menurun, bibir kering

· Abdomen : I : Bentuk simetris

A: Bising usus meningkat

P : Nyeri tekan karena ada kram abdomen

P : Timpani

d. Sistem muskuluskeletal dan integumen

Ekstremitas atas : terdapat nyeri

Ekstremitas bawah : terdapat nyeri

Penurunan tonus otot

e. Sistem Endokrin

Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab. Diagnostik ACTH meningkat

Integumen à Turgor kulit jelek, membran mukosa kering, ekstremitas dingin,cyanosis, pucat, terjadi piperpigmentasi di bagian distal ekstremitas dan buku – buku pad ajari, siku dan mebran mukosa

f. Sistem Eliminasi Uri

Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi dan krakteristik urin

g. Eliminasi Alvi

Diare sampai terjadi konstipasi, kram abdomen

h. Sistem Neurosensori

Pusning, sinkope, gemetar, kelemahan otot, kesemutan terjadi disorientasi waktu, tempat, ruang (karena kadar natrium rendah), letargi, kelelahan mental, peka rangsangan, cemas, koma ( dalam keadaan krisis)

i. Nyeri / kenyamanan

Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri tulang belakang, abdomen, ekstremitas

j. Keamanan

Tidak to0leran terhadap panas, cuaca udaha panas, penngkatan suhu, demam yang diikuti hipotermi (keadaan krisis)

k. Aktivitas / Istirahat

Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi perburukan setiap hari), tidak mampu beraktivitas / bekerja. Peningkatan denyut jantung / denyut nadi pada aktivitas yang minimal, penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.

l. Seksualitas

Adanya riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda – tanda seks sekunder (berkurang rambut – rambut pada tubuh terutama pada wanita) hilangnya libido

m. Integritas Ego

Adanya riwayat – riwayat fasctros stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik atau pembedahan, ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan kehilangan cairan melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran GIT ( karena kekurangan aldosteron)

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual, muntah, anoreksia) defisiensi glukontikord

3. Intoleransi aktivitas b/d penurunan produksi metabolisme, ketidakseimbangan cairan elektrolit dan glukosa

4. Gangguan harga diri b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan karakteristik tubuh

5. Anxietas b/d kurangnya pengetahuan

6. Defisit perawatan diri b/d kelamahan otot

7. Gx eliminasi uri b/d Gx reabsorbsi pada tubulus

IV. RENCANA KEPERAWATAN

a. Kekurangan volume cairan b/d ketidakseimbangan input dan output

Tujuan japen : kebutuhan cairan terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 4 jam

Tujuan japan : klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 7 jam

Kriteria hasil : - Pengeluaran urin adekuat (1 cc/kg BB/jam)

- TTV dbn N : 80 – 100 x/menit S : 36 – 37 oC TD : 120/80 mmHg

- Tekanan nadi perifer jelas kurang dari 3 detik

- Turgor kulit elastis

- Pengisian kapiler naik kurang dari 3 detik

- Membran mukosa lembab

- Warna kulit tidak pucat

- Rasa haus tidak ada

- BB ideal (TB 100) – 10% (TB – 100) – H

- Hasil lab

Ht : W = 37 – 47 %

L = 42 – 52 %

Ureum = 15 – 40 mg/dl

Natrium = 135 – 145 mEq/L

Calium = 3,3 – 5,0 mEq/L

Kretanium = 0,6 – 1,2 mg/dl

Intervensi

1) Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi perifer

R/ Hipotensi pastoral merupakan bagian dari hiporolemia akibat kekurangan hormon aldosteron dan penurunan curah jantung sebagai akibat dari penurunan kolesterol

2) Ukur dan timbang BB klien

R/ Memberikan pikiran kebutuhan akan pengganti volume cairan dan keefektifan pengobatan, peningkatan BB yang cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium yang berhubungan dengan pengobatan strois

3) Kaji pasien mengenai rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang, turgor kulit jelek, membran mukosa kering, catat warna kulit dan temperaturnya

R/ mengidentifikasi adanya hipotermia dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti

4) Periksa adanya status mental dan sensori

R/ dihidrasi berat menurunkan curah jantung, berat dan perfusi jaringan terutama jaringan otak

5) Ouskultasi bising usus ( peristaltik khusus) catat dan laporan adanya mual muntah dan diare

R/ kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolit dan mempengaruhi cara untuk pemberian cairan dan nutrisi

6) Berikan perawatan mulut secara teratur

R/ membantu menurunkan rasa tidak nyaman akibat dari dehidrasi dan mempertahankan kerusakan membrane mukosa

7) Berikan cairan oral diatas 300 cc/hr sesegera mungkin, sesuai dengan kemampuan kx

R/ adanya perbaikan pada saluran cerna dan kembalinya fungsi cairan cerna tersebut memungkinkan cairan dana elektrolit melalui oral

Kolaborasi

8) Berikan cairan, antara lain :

a) Cairan Na Cl 0,9 %

R/ mungkin kebutuhan cairan pengganti 4 – 6 liter, dengan pemberian cairan Na Cl 0,9 % melalui IV 500 – 1000 ml/jam, dapat mengatasi kekurangan natrium yang sudah terjadi

b) Larutan glukosa

R/ dapat menghilangkan hipovolemia

9) Berikan obat sesuai dosis

a) Kartison (ortone) / hidrokartison (cortef) 100 mg intravena setiap 6 jam untuk 24 jam

R/ dapat mengganti kekurangan kartison dalam tubuh dan meningkatkan reabsorbsi natrium sehingga dapat menurunkan kehilangan cairan dan mempertahankan curah jantung

b) Mineral kartikoid, flu dokortisan, deoksikortis 25 – 30 mg/hr peroral

R/ di mulai setelah pemberian dosis hidrokortisol yang tinggi yang telah mengakbatkan retensi garam berlebihan yang mengakibatkan gangguan tekanan darah dan gangguan elektrolit

10) Pasang / pertahankan kateter urin dan selang NGT sesuai indikasi

R/ dapat menfasilitasi pengukuran haluaran dengan akurat baik urin maupun lambung, berikan dekompresi lambung dan membatasi muntah

11) Pantau hasil laborat

a) Hematokrit ( Ht)

R/ peningkatan kadar Ht darah merupakan indikasi terjadinya hemokonsentrasi yang akan kembali normal sesuai dengan terjadinya dehidrasi pada tubuh

b) Ureum / kreatin

R/ peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah merupakan indikasi terjadinya kerusakan tingkat sel karena dehidrasi / tanda serangan gagal jantung

c) Natrium

R/ hiponatremia merupakan indikasi kehilangan melalui urin yang berlebihan katena gangguan reabsorbsi pada tubulus ginjal

d) Kalium

R/ penurunan kadar aldusteron mengakibatkan penurunan natrium dan air sementara itu kalium tertahan sehingga dapat menyebabkan hiperkalemia

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual, muntah, anoreksia) defisiensi glukortikoid

Tujuan Japan : klien dapat mempertahankan asupan nutrisi dan mengidentifikasi tanda – tanda perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan setelah dilakukan intervensi selama ± 3 x 24 jam

Tujuan Japen : kebutuhan nutrisi klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan intervensi japen selama ± 1 x 24 jam

Kriteria hasil :

- Tidak ada mual mutah

- BB ideal (TB-100)-10%(TB-100)

- Hb : W : 12 – 14 gr/dl

L : 13 – 16 gr/dl

Ht : W : 37 – 47 %

L : 42 – 52 %

Albumin : 3,5 – 4,7 g/dl

Glebulin : 2,4 – 3,7 g/dl

Bising Usus : 5 – 12 x/menit

- Nyeri kepala

- Kesadaran kompos mentis

- TTV dalam batas normal

(S : 36 – 372 oC)

(RR : 16 – 20 x/menit)

-

Intervensi

1) Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual muntah

R/ Kekurangan kartisol dapat me nyebabkan fejala intestinal berat yang mempengaruhi pencernaan dan absorpsi makanan

2) Catat adanya kulit yang dingin / basah, perubahan tingkat kesadaran, nagi yang cepat, nyeri kepala, sempoyongan

R/ Gejala hipoglikemia dengan timbulnya tanda tersebut mungkin perlu pemberian glukosa dan mengindikasikan pemberian tambahan glukokortikad

3) Pantau pemasukan makanan dan timbang BB tiap hati

R/ anoreksi, kelemahan, dan kehilangan pengaturan metbolisme oleh kartisol terhadap makanan dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan terjadinya mal nutrisi

4) Berikan atau bantu perawatan mulut

R/ mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan

5) Berikan lingkungan yang nyaman untuk makan contoh bebas dari bau yang tidak sedap, tidak terlalu ramai

R/ Dapat meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki pemasukan makanan

6) Pertahankan status puasa sesuai indikasi

R/ mengistirahatkan gastro interstinal, mengurangi rasa tidak enak

7) Berikan Glukosa intravensi dan obat – obatan sesuai indikasi seperti glukokortikoid

R/ memperbaiki hipoglikemi, memberi sumber energi pemberian glukokertikoid akan merangsang glukoogenesis, menurunkan penggunaan mukosa dan membantu penyimpanan glukosa sebagai glikogen

8) Pantau hasil lab seperti Hb, Hi

R/ anemia dapat terjadi akibat defisit nutrisi / pengenceran yang terjadi akibat reterisi cairan sehubungan dengan glukokortikoid.

c. Itoleransi aktivitas b/d penurunan O2 kejaringan otot kedalam metabolisme, ketidak seimbangan cairan elektrolit dan glukosa

Tujuan : aktivitas klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria hasil : - menunjukan peningkatan klien dan partisipasi dalam aktivitas setelah dilakukan tindakan

- TTV N : 80 – 100 x/menit RR : 16 – 20 x/menit TD : 120/80 mmHg

Intervensi

1) Kaji tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktivitas yang dapat dilakukan oleh klien

R/ pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga kelemahan otot, menjadi terus memburuk setiap hari karena proses penyakit dan munculnya ketidakseimbangan natrium kalium

2) Pantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

R/ kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai dari stress, aktivitas jika curah jantung berkurang

3) Sarana pasien untuk menentukan masa atau periode antara istirahat dan melakukan aktivitas

R/ mengurangi kelelahan dan menjaga ketenangan pada jantung


4) Diskusikan cara untuk menghemat tenaga misal : duduk lebih baik dari pada berdiri selama melakukan aktivitas

R/ pasien akan dapat melakukan aktivitas yang lebih banyak dengan mengurangi pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukan

d. Gangguan harga diri b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan karakteristik tubuh

Tujuan Japan : Individu dapat mengontrol dan mengidentifikasi tanda – tanda Gx harga diri

Tujuan japen : Harga diri klien kembali positif setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria hasil : - Menunjukan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya

- Dapat beradaptasi dengan orang lain

- Dapat mengungkapkan perasaannya tentang dirinya.

Intervensi

1) Dorongan pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keadaannya misal : perubahan penampilan dan peran

R/ Membantu mengevaluasi berapa banyak masalah yang dapat diubah oleh pasien

2) Sarankan pasien untuk melakukan manajemen stress misal :

- Teknik relaksasi

- Visualisasi

- Imaginasi

R/ Meminimalkan perasaan stress, frustasi, meningkatkan kemampuan koping.

3) Dorongan pasien untuk membuat pilihan guna berpartisipasi dalam penampilan diri sendiri

R/ dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri, memperbaiki harga diri

4) Fokus pada perbaikan yang sedang terjadi dan pengobatan misal menurunkan pigmentasi kulit

R/ ungkapkan seperti ini dapat mengangkat semangat pasien dan meningkatkan harga diri pasien

5) Sarankan pasien untuk mengunjungi seseorang yang penyakitnya telah terkontrol dan gejalanya telah berkurang

R/ dapat menolong pasien untuk melihat hasil dari pengobatan yang telah dilakukan

6) Kolaborasi

Rujuk kepelayanan sosial konseling, dan kelompok pendukung sesuai pendukubg

R/ pendekatan secara koprehensif dapat membantu memnuhi kebutuhan pasien untuk memelihara tingkah laku pasien.


e. Nyeri akut b/d diskontinuitas sistem konduksi spasme otot abdomen

Tujuan Japan : Individu mampu mengidentifikasi tanda – tanda munculnya nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam

Tujuan japen : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 2 jam

Kriteria hasil : - Kx mengatakan nyeri berkurang

- Kx tidak menyeringai kesakitan

- TTV dalam batas normal

S : 36 – 372 oC

N : 80 – 100 x/menit

RR: 16 – 20 x/menit

Intervensi

1) Beri penjelasan pada klien tentang penyebab nyeri dan proses penyakit

R/ Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga, serta agar klien lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan

2) Kaji tanda – tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan lamanya

R/ Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentukan efektifitas terapi

3) Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, misal musik yang lembut, relaksasi

R/ Membantu untuk menfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri / rasa tidak nyaman secara lebih efektif


4) Kolaborasi

Berikan obat analgetik dan atau analgetik sprei tenggorok sesuai dengan kebutuhannya.

R/ menurunkan nyeri dan rasa tidak nyaman, meningkatkan istirahat.

f. Cemas b/d kurangnya pengetahuan

Tujuan Japan : Klien mampu menerima kondisinya dan menyatakan bahwa Kx tidak cemas lagi.

Kriteria hasil : - Pasien akan menyatakan pemahaman, kebutuhan untuk mengatasi kurangnya percaya diri

- Px akan menunjukan pemahaman program medis dan gejala untuk dilaporkan ke dokter

- Pasien akan menunjukan perubahan poal hidup / perilaku untuk menurunkan terjadinya masalah

Intervensi

1) Bantu Px dalam membuat metode untuk menhindari atau mengubah episode stres, diskusi teknik relaksasi

R/ Penurunan stress dapat membatasi pengeluaran katekolamin oleh sistem saraf simatis, sehingga membatasi / mencegah respon vasokonstriksi

2) Diskusikan tujuan, dosis, efek samping obat

R/ Informasi perlu bagi pasien untuk mengikuti program terapi dan mengevaluasi keefektifan

3) Kaji skala anxietas

R/ Mengetahui derajad kecemasan Kx

4) Sarankan Px tetap menetapkan secara aktif, jadwal yang teratur dalam makan, tidur dan latihan

R/ Membantu meningkatkan perasaan menyenangkan sehat, dan untuk emmahami bahwa aktivitas fisik yag tidak teratur dapat meningkatkan kebutuhan hormon

5) Diskusikan perasaan pasien yang berhubungan dengan pemakaian obat untuk sepanjang kehidupan Px.

R/ Dengan mendiskusikan fakta – fakta tersebut dapat membantu Px untuk memasukkan perubahan perilaku yang perlu ke dalam gaya hidup

6) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian anti depresan, diazepam

g. Gangguan eliminasi uri b/d Gx reabsorbsi

Tujuan Japan : eliminasi Kx adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

Tujuan Japen : Elliminasi Kx adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 jam

Kriteria hasil : - Kx tidak lagi mengeluh Bak sedikit / kencing tidak lancar

Intervensi

1) Anjurkan pada Kx agar diet tinggi garam

R/ menambah retensi Na+

2) Anjurkan pada kx untuk minum banyak

R/ melancarkan aliran kencing lancar

3) Pemasangan kateter

R/ Agar kx dapat BAK dengan lancar

4) Obs. Input dan output

R/ Mengetahui keseimbangan cairan

5) Kolaborasi pemberian diuretik

R/ meningkatkan kerja ginjal untuk melancarkan BAK


DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : ECG

Http://wwww.total kesehatan nanca.com/Addison4.html

Price, Sylvia. 2005. patofisiologi. Edisi 6. Jakarta : EGC











ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS KOLELITIASIS

I. Konsep Penyakit

a. Definisi

· Kolelitiasis adalah adanya kaku dalam kandung empedu. ( pedoman praktek keperawatan hal. 423 )

· Kolelitiasis adalah adanya pembentukan batu empedu. ( kamus kedokteran dorland )

· Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat pada kantong empedu. ( Askep/bedah.blogspot.com/2008/08/Askep – dengan – cholelithiasis )

· Kolelitiasis adalah penyakit yang menunjukkan adanya batu empedu dalam kandung empedu. ( Novriani, Erni.2008. The Cemol Nurse.PSIK UNRI pekanbaru.diundo dari www.blogspot.com pada tanggal 11 oktober 2008)

II. Etiologi

a. Batu empedu dan kolesterol terjadi karena kenaikan sekresi kolesterol da penurunan produksi empedu.

Faktor lain yang berperan dalam pembentuka batu :

· Infeksi kandung empedu ( kolesistusis )

· Usia yang bertambah

· Obesitas

· Wanita

· Diabetes mellitus

· Kurang makan sayur

· Obat – obatan untuk menurunkan kadar serum kolesterol.

b. Batu pigmen empedu

· Batu pigmen hitam

· Batu pigmen coklat

c. Batu saluran empedu

III. Patifisiologi

Terlampir

IV. Manifestasi klinis

Gejal akut :

· Tanda :

o Epigastrum kanan terasa nyeri dan spasme

o Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kuadran kanan atas

o Kandung empedu membesar dan nyeri

o Icterus ringan

· Gejala :

o Rasa nyeri ( kolik empedu ) yang menetap.

o Mual dan muntah

o Febris (385 oC)

Gejala kronik :

· Tanda :

o Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen

o Kadang terdapat nyeri di kuadran kanan atas

· Gejala :

o Rasa nyeri ( kolik empedu ) terdapat abdomen bagian atas ( mid epigastrum ) sifatnya terpusatdi epigastrum menyebar ke arah skapula kanan.

o Mual dan muntah

o Intoleransi dengan makanan berlemak

o Flatulensi

o Eruktasi ( bersendawa)

V. Komplikasi

· Kolesistasis akut

· Kolesistasis kronik

· Kolangitis

· Pankreatitis

· Perdarahan

· Ileus batu empedu

· Perforasi atau infeksi saluran – saluran.

VI. Pemeriksaan diagnostic

· Darah lengkap : leokositosis sedang ( akut )

· Bilirubin dan amylase serum meningkat

· Enzim hati serum AST ( SGOT ), ALT ( SGPT ), LDH agak meningkat alkalin fosfot dan s. nukleatidase ditandai dengan peningkatan bilier.

· Kadar protombin menurun bila aliran empedu dalam usus menurunkan absorpsi vitamin K

· Ultrason menyatakan kalkuvi, dan dietensi kandung empedu dan atau duktus empedu (sering merupakan prosedur diagnostik awal)

· Kovangioprankeatografi retrograd endoskopik memperlihatkan percabangan bilier dengan kranuvasi duktus oleh dukus melalui duodenung

· Kovangiografi transhepatik perkutanius perbedaan gambaran dengan flouroskopi antara penyakit kandung empedu dengan kanker pangkreas ( bila ikterik ada)

· Kolesisnogram ( untuk kolesis kritis kronik ) menyatakan batu pada system empedu.

· Skan CT dapat menyatakan kista kandung empedu dilatasi duktus empedu, dan membedakan antara ikterik obstruksi atau nonobstruksi

· Skan hati ( dengan zat radio aktif ) menunjukan obstruksi percabangan bilier.

· Foto abdomen (multi posisi) menyatakan gambaran radiologi (kalsifikasi) batu empedu, kalsifikasi dinding atau pembesaran kandung empedu

· Foto dada menunjukan pernafasan yang menyebabkan penyebaran nyeri

VII. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan nonbedah

- Lisis batu, pelarutan batu dengan menggunakan metal – butyl – eter.

- litotripsi pemecahan batu empedu dengan menggunakan gelombang kejut dari perangkat elektromagnetik yaitu ESWL

- pengobatan endoskopi

2. Penatalaksanaan bedah

- Kolesistektomi, jika batu kandung empedu menyebabkan serangan nyeri berulang meskipun telah dilakukan perubahan pola makan, makan dianjurkan untuk menjalani pengangkatan kandung empedu.

- Dapat dilakukan secara operatif maupun laparoskopik.

- Kolesistektomi, laparoskopik, kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil didinding perut.

- Jenis pembedahan ini memiliki keuntungan :

1. mengurangi rasa tidak nyaman pasca pembedahan.

2. memperpendek masa perawatan di RS

3. Terapi farmakologi

1. meperidine

2. hidroklorid amil nitrit

3. atropine

4. vitamin K

5. 2 x 1 gr cefobid ( IU)

6. 1 x 2 cc vitamin B komplek ( IM )

7. 1 x 200 mg Vitamin C ( IV )


II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

i. Identitas

Kolelitiasis dapat dijumpai pada pria maupun wanita, tapi lebih sering pada wanita dengan perbandingan 1 : 4. hal ini dikarenakan beberapa fakta resiko pada wanita, yaitu usia lanjut, obesitas, diit tinggi lemak dan genetic.

ii. Keluhan Utama

Pada penderita kolelitiasis, klien mengeluh nyeri perut kanan atas, nyeri tidak menjalar/menetap, nyeri pada saat menarik nafas dan nyeri seperti ditusuk – tusuk.

B. RIWAYAT KESEHATAN

i. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita kolelitiasis sebelumnya atau penyakit infeksi gastrointestinal seperti ileus paralitik, kolesistisis, penurunan berat badan drastis, sirosis hepatis.

ii. Riwayat Penyakit Sekarang

Penderita kolelitiasis biasanya mengeluh nyeri pada perut kanan atas, nyeri bila menarik nafas, mual dan muntah, panas (38.5oC), flatulensi, eruktasi ( bersendawa ), icterus ringan, serta terjadi pembesaran kantung empedu.

iii. Riwayat penyakit keluarga

Perlu dikaji apakah klien mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, hipertensi, anemia sel sabit.

C. Pemeriksaan body system

i. System Pernapasan

Inspeksi : Dada tampak simetris, pernapasan dangkal, klien tampak gelisah.

Palpasi : Vocal vremitus teraba merata.

Perkusi : Sonor.

Auskultasi : Tidak terdapat suara nafas tambahan ( ronchii, wheezing )

ii. System Kardiovaskuler

Terdapat takikardi dan diaforesis.

iii. Sistem Neurology

Tidak terdapat gangguan pada system neurology.

iv. System Pencernaan

Inspeksi : tampak ada distensi abdomen diperut kanan atas, klien mengeluh mual dan muntah.

Auskultasi : peristaltic ( 5 – 12 x/mnt) flatulensi.

Perkusi : adanya pembengkakan di abdomen atas/quadran kanan atas, nyeri tekan epigastrum.

Palpasi : hypertympani.

v. System Eliminasi

Warna urine lebih pekat dan warna feses seperti tanah liat.

vi. System integument

Terdapat icterik ringan dengan kulit berkeringat dan gatal.

vii. System muskuluskeletal

Terdapat kelemahan otot karena gangguan produksi ATP.

III. Diagnosa Keperawatan

1. nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

2. gangguan pemenuham nutrisi berhubungan dengan mual muntah

3. gangguan pola tidur/istirahat berhubungan dengan iritasi peritonial.

4. gangguan keseimbangan berhubungan dengan reaksi inflamasi

5. resiko anemia berhubungan dengan kekurangan vitamin K

6. resiko dehidrasi berhubungan dengan mual muntah.

IV. Intervensi

1. nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

tujuan : nyeri berkurang setrelah dilakukan tindakan keperwatan 1 x 24 jam.

kriteria hasil : keadaan umum normal

klien mengatakan nyerinya berkurang

wajah tampak rileks tidak lagi menyeringai keskitan.

Skala nyeri ( 1 – 3 )

Ttv dalam batas normal

Intervensi :

1. observasi dan catat lokasi, beratnya ( skala 0 – 10 ) dan karakter nyeri ( menetap, hilang timbul/kolik )

R/ membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi, dan keefektifan intervensi.

2. tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.

R/ tirah baring pada posisi fowler rendah meurunkan tekanan intra abdomen.

3. dorong menggunakan tehnik relaksasi, contoh bimbingan imajinasi, visualisasi, latihan nafas dalam.berikan aktivitas senggang.

R/meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian dapat meningkatkan koping.

4. berikan obat sesuai indikasi :

· antikolinergik, contoh atrophin propantelin(probantine)

R/menhilangkan reflek spasme/kontraksi otot halus dan membantu dalam manajemen nyeri.

· Sedative, contoh fenobarbitol.

R/ meningkatkan istirahat dan merilekskan otot halus, menhilangkan nyeri.

2. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan mual muntah

Tujuan : Pemenuhan nutrisi adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

Kriteria hasil : - Klien menyebutkan penyebab mual/muntah

- Klien mengatakan mual/muntah berkurang

- Klien menunjukkan kemajuan mencapai berat badan ideal

- TTV dalam batas normal :

T : 110/60-130/90 mmHg n : 60-100 x/menit

S : 39-372 0C RR : 16-20 x/menit

BB : (TB-100) – 10% (TB-100)

Intervensi :

1. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang penyebab mual / muntah serta tindakan yang akan dilakukan

R/ meningkatkan pengetahuan klien tentang penyebab masalah serta mendorong klien agar lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan

2. Kaji distensi abdomen

R./ tanda nonverbal ketidaknyamanan b/d gangguan pencernaan

3. Hitung pemasukan kalori

R/ mengidentifikasi kekurangan / kelebihan kebutuhan nutrisi

3. Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan berbau

R/ untuk meningkatkan nafsu makan / menurunkan mual

4. Berikan kebersihan oral sebelum makan

R/ mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan

5. Tawarkan minuman seduhan saat makan, bila toleran

R/ dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas

6. Sajikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering

R/ menurunkan frekuensi mual

7. Kolaborasi dengan ahli gizi / diet tentang pemberian diet rendah lemak

R/ pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada kandung empedu dan nyeri sehubungan dengan tidak semua lemak dicerna dan berguna dalam mencegah kekambuhan

8. Kolaborasi dengan tim dokter tentang pemberian garam empedu ( Biliron : Zanchol, decholin) sesuai indikasi